Minggu, 02 Mei 2010

Kasus Mal Praktik Dunia Kedokteran

Di Indonesia kasus malpraktik di rumah sakit seringkali kita dengar. Baru-baru ini bahkan seorang ibu dijebloskan ke penjara karena mempublikasikan kasus malpraktik yang dialaminya ke internet. Ternyata tidak hanya di Indonesia, bahkan di negara maju seperti Amerika pun kasus-kasus malpraktik di dunia kedokteran ini juga pernah terjadi. Namanya juga manusia, tempatnya salah, tapi demi keadilan harus ada kompensasi untuk korban malpraktik ini, bukan malahan dituntut karena alasan pencemaran nama baik segala.



Klinik Inseminasi yang Salah Menggunakan Sperma


Saat Nancy Andrews, warga Commack, New York, hamil setelah mengikuti program vitro fertilization, pasangan suami istri ini sama sekali tidak menduga bahwa anak yang dilahirkannya memiliki kulit dengan warna gelap yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan ciri fisik mereka. Dari test DNA yang kemudian dilakukan diperkirakan telah terjadi kesalahan dimana para dokter di New York Medical Services for Reproductive Medicine secara tidak sengaja menggunakan sperma dari laki-laki lain yang bukan milik suaminya dan kemudian diensiminasi ke sel telur Nancy. Pasangan ini tetap membesarkan sang bayi Jessica yang lahir pada tanggal 19 Oktober 2004 seperti layaknya darah dagingnya sendiri meski secara genetis telah terjadi kesalahan. Meskipun demikian pasangan ini tetap memperkarakan pemilik klinik tersebut atas kejadian yang tergolong malpraktik ini ke pengadilan. Nggak kebayang, ikut program bayi tabung, terus ternyata (misalnya) anak yang lahir kulitnya item, rambutnya keriting, padahal babe sama emaknya gak ada yang kulitnya item, apalagi keriting. Gimana tuh perasaanya? Hehe...

Cangkok Jantung dan Paru-paru yang Salah


Jésica Santillán, 17 tahun, meninggal 2 minggu setelah menjalani cangkok jantung dan paru-paru yang berasal dari pasien yang golongan darahnya tidak sama dengannya. Tim dokter di Duke University Medical Center gagal dalam memeriksa kecocokan darah sebelum operasi dilakukan. Setelah sekian detik operasi transplantasi untuk mencoba membalikkan keadaan karena kesalahan fatal itu, Jésica mengalami gagal otak dan komplikasi yang membawanya ke kematian.
Jésica, imigran asal Mexico, tiba di Amerika Serikat tiga tahun sebelum menjalani pengobatan penyakit jantung untuk mempertahankan hidupnya. Dengan transplantasi jantung dan paru-paru di Duke University Hospital, Durham, N.C., alih-alih memperbaiki kondisinya, yang terjadi justru keadaan menjadi bertambah buruk. Jésica, yang bergolongan darah O, malah menerima organ dari donor yang bergolongan darah A.
Kesalahan fatal ini membuatnya dalam kondisi koma, dan meninggal ketika usaha para dokter untuk berusaha menggantikannya dengan organ yang kompatibel gagal. Rumah sakit mengklaim telah terjadi human-error yang mengakibatkan kematian Jesica, selain prosedur yang cacat untuk memastikan kompatibilitas transplantasi organ. Setelah itu diberitakan telah terjadi kesepakatan tertutup antara rumah sakit dan keluarga soal ini. Tidak seorangpun, baik dari pihak keluarga atau rumah sakit yang mau memberikan komentar atas kasus ini.

Testikel yang Berharga US $200.000 Dollar (2,2 Miliar Rupiah)


Satu lagi kesalahan fatal di meja operasi, ketika para ahli bedah keliru membuang testikel sebelah kanan yang masih sehat dari seorang veteran Angkatan Udara AS Benjamin Houghton (47 tahun). Pasien ini mengeluh sakit dan pengecilan testikel sebelah kirinya. Lalu para dokter memutuskan untuk menjadualkan operasi pembedahan untuk membuang testikel yang bermasalah tersebut karena khawatir akan timbulnya kanker. Kesalahan-kesalahan terjadi sejak dari proses formulir perijinan hingga kegagalan personil medis untuk menentukan sisi pembedahan sebelum prosedur operasi dilaksanakan. Kesalahan yang terjadi di West Los Angeles VA Medical Center ini membawa pada tuntutan hukum atas rumah sakit yang diajukan oleh Houghton dan istrinya. Beuh, masih untung cuma testikel, gimana coba kalo yang diangkat testisnya? Alamak...

Prosedur Invasive Jantung Terbuka... Tapi Salah Pasien...


Joan Morris (nama samaran), seorang nenek berusia 67 tahun, diminta bantuannya dalam suatu pembelajaran di rumah sakit untuk cerebral angiography (ilmu mengenai darah pada otak). Sehari setelahnya, secara tidak sengaja dia "terpaksa" dijadikan objek studi mengenai invasive cardiac electrophysiology.
Setelah sesi angiography, pasien ini dipindahkan ke ruangan yang lain yang bukan merupakan ruangan asalnya. Kesalahan yang "direncanakan" terjadi keesokan harinya saat paginya pasien ini dibawa untuk suatu prosedur jantung terbuka. Dia berada di atas meja operasi yang mestinya bukan untuk dia selama satu jam. Para dokter membuat irisan pada pangkal pahanya, menusuk sebuah arterinya, menyambungnya ke sebuah pipa pembuluh lalu ke atas ke jantungnya (suatu prosedur yang mengakibatkan resiko tinggi terjadinya pendarahan, infeksi, serangan jantung, dan stroke). Kemudian tiba-tiba telepon berdering, dan seorang dokter dari bagian lain bertanya "Apa yang kalian lakukan dengann pasienku?" Tidak ada yang salah dengan jantungnya. Kardiologis yang melakukan prosedur itu mencek data wanita itu dan baru menyadari kesalahan fatal telah terjadi. Studi itu langsung distop, setelah rekondisi wanita malang itu akhirnya dikembalikan ke kamar asalnya, beruntungya, dalam kondisi yang masih stabil.

Suvenir Sepanjang 13 Inch


Donald Church, 49 tahun, mempunyai tumor di perutnya saat ia tiba di University of Washington Medical Center di Seattle pada bulan Juni 2000. Setelah meninggalkan rumah sakit itu, tumornya hilang - tapi satu alat operasi (retractor) malah menggantikan tempat tumornya. Ternyata dokter yang menanganinya secara tidak sengaja meninggalkan retractor sepanjang 13 inch di perutnya. Hal ini bukan kejadian yang pertama terjadi di klinik itu. Empat kasus yang sama pernah terjadi di klinik yang sama antara tahun 1997 dan 2000. Masih untung, ahli bedah masih bisa mengambil lagi retraktor yang ketinggalan itu segera setelah diketahui. Akibat dari peristiwa ini, Church mengalami konsekuensi gangguan fungsi perutnya. Klinik tersebut akhirnya setuju membayar Church sebesar US $97.000 (1 miliar rupiah) sebagai kompensasinya.

Rumah Sakit Salah Posisi Operasi Otak...Untuk Ketiga Kalinya dalam Setahun


Untuk ketiga kalinya dalam tahun yang sama, dokter-dokter di Rhode Island Hospital melakukan operasi pada sisi kepala yang salah pada pasien-pasiennya. Yang terakhir terjadi pada tanggal 23 November 2007. Seorang nenek berusia 82 tahun membutuhkan operasi untuk menghentikan pendarahan di antara otaknya dan tengkorak kepalanya. Seorang ahli bedah syaraf di rumah sakit itu mulai melakukan pembedahan dengan membuat lubang pada bagian sisi kanan kepala pasien, meski sebenarnya hasil CT scan memperlihatkan bahwa pendarahan terjadi pada bagian sisi kiri, menurut laporan media lokal. Beruntung dokter bedah ini segera menyadari kesalahannya dan segera menutup kembali lubang operasi yang salah dan melakukannya kembali pada sisi kiri kepala pasien. Kondisi pasien dilaporkan stabil pada hari Minggunya.
Kasus yang sama disebut-sebut juga terjadi pada bulan Februari, dimana seorang dokter yang lain juga melakukan operasi pada sisi kepala yang salah. Dan pada Agustus, lagi-lagi seorang kakek berusia 86 thaun menjadi korbannya, setelah nyawanya tidak terselamatkan akibat operasi pada kepalanya, tapi pada sisi yang salah dari kepalanya.

Dokter yang Mengamputasi Kaki yang Salah


Mungkin kasus yang satu ini adalah kasus malpraktik yang paling banyak dipulikasikan. Seorang dokter di Tampa (Florida) melakukan kesalahan dengan mengamputasi kaki yang salah terhadap pasiennya, Willie King (52 tahun), pada bulan Februari 1995.
Pada akhirnya diketahui telah terjadi rangkaian kesalahan sebelum proses amputasi pada kaki yang salah itu. Saat tim operasi bedah menyadari kesalahan mereka semuanya sudah terlambat, kaki yang seharusnya masih sehat terlanjur dipotong! Akibat dari peristiwa ini ijin ahli bedah di rumah sakit itu di cabut untuk waktu 6 bulan dan didenda sebesar US $10.000 dollar (100 juta lebih). University Community Hospital, rumah sakit dimana operasi dilakukan membayar US $900.000 dollar (hampir 1 milyar) pada King sebagai kompensasi dan dokter-dokter yang terlibat di operasi itu turut "menyumbang" US $250.000 (lebih dari 250 juta).

Ginjal Sehat yang Tidak Sengaja Dibuang


Di St. Louis Park, Minnesota, seorang pasien dirujuk ke Park Nicollet Methodist Hospital untuk dibuang salah satu ginjalnya yang rusak akibat tumor yang diduga merupakan sel-sel kanker. Tapi yang terjadi kemudian, justru yang dibuang adalah ginjal yang sehat!
"Hal ini baru disadari keesokan harinya setelah operasi, saat patologis yang meneliti sampel ginjal tersebut tidak menemukan kerusakan apapun padanya." ujar Samuel Carlson, M.D. dan pejabat di Park Nicollet. Ginjal yang diduga potensial diserang kanker justru masih tertinggal di tempatnya dan masih berfungsi. Demi privasi dan permintaan keluarga, tidak ada detil laporan mengenai pasien ini yang dipublikasikan.

Terbangun Saat Operasi Membuatnya Bunuh Diri


Keluarga dari seseorang di West Virginia mengklaim telah terjadi pembiusan yang tidak cukup saat proses operasi dan mengakibatkan sang pasien bisa merasakan setiap irisan dari pisau bedah dan menjadikannya trauma berat. Trauma ini menurut keluarga itu membuat pasien itu melakukan bunuh diri dua minggu kemudian.
Sherman Sizemore dikirim ke Raleigh General Hospital di Beckley, W.Va., pada tanggal 29 Januari 2006 untuk dilakukan tindakan operasi berkenaan dengan rasa sakit di perutnya. Tapi, saat operasi dilakukan, pasien ini dilaporkan mengalami fenomena dimana yang dkenal dengan nama anesthetic awareness atau kesadaran selama pembiusan, yang membuat pasien bisa merasakan sakit atau ketidaknyamanan selama operasi berlangsung, sementara dia sendiri tidak bisa bergerak atau melakukan komunikasi dengan dokternya. Menurut komplain yang diajukan, anesthesiologis menyuntikkan obat bius pada pasien tapi gagal membuat mati rasa pasien hingga 16 menit setelah irisan pertama di perutnya. Anggota keluarga pasien tersebut mengatakan hal itu membuat trauma berat karena sadar saat sedang dioperasi tapi sama sekali tidak bisa bergerak atau mengkomunikasikannya dengan dokter yang akhirnya mendorongnya melakukan bunuh diri.

Bypass Arteri yang Salah


Dua bulan setelah melakukan operasi double bypass jantung untuk menyelamatkan nyawanya, artis komedian Dana Carvey yang mengasuh acara tv Saturday Night Live membuat pernyataan mengejutkan dimana dokter bedah cardiac yang menanganinya telah melakukan bypass pada arteri jantung yang salah. Akibatnya dibutuhkan operasi darurat untuk membuka kembali penyumbatan yang bisa mengakibatkan dia terbunuh. Menanggapi tuntutan sebesar 7,5 juta dollar yang diajukan oleh Dana, dokter itu dengan jujur mengatakan bahwa telah terjadi kesalahan yang diakibatkan karena arteri Dana mempunyai situasi yang tidak biasa di jantungnya. Tapi Dana menyangkalnya :"Ini seperti membuang ginjal yang salah itu. Ini suatu kesalahn besar yang terjadi." ujar entertainer itu pada People Magazine.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Indeks Blog