10. Menara Pisa (Pisa, Italia)
Kesalahan
yang satu ini mungkin menjadi kesalahan terindah yang pernah dibuat
manusia. Gue nggak yakin apakah menara ini akan meraih kepopulerannya
seperti sekarang apabila tidak miring. Menara yang semula dibangun
sebagai menara lonceng Katedral Pisa ini memang miring karena salah
letak. Tanah dimana menara ini berdiri terdiri atas tanah liat dan
pasir, sebab berada di antara dua aliran sungai, Sungai Arno dan Sungai
Serchio. Akibatnya, menara ini langsung mengalami kemiringan begitu
dibangun karena tenggelam masuk ke dalam tanah.
9. John Hancock Tower (Boston, Amrik)
Gue
nggak pernah suka dengan penampakan gedung pencakar langit kaca yang
membosankan. Namun jujur aja, gue suka dengan desain bangunan yang satu
ini. Gedung berkaca biru yang diarsiteki I.M. Pei pada 1976 ini walaupun
keren, tapi justru mengundang banyak masalah. Dinding2 kacanya
dilaporkan seringkali terlepas, mengancam nyawa pedestrian yang berjalan
di bawahnya. Kini, sekitar 10.000 panel kacanya telah diganti, tentu
saja dengan memakan biaya tak sedikit, 5 juta dolar (sekitar 60 milyar
rupiah).
8. Lotus Riverside (Shanghai, Tiongkok)
Tragedi
runtuhnya apartemen ini benar2 membuat gue dan siapapun yang melihat
fotonya saja merinding. Ambruknya bangunan ini jelas2 menunjukkan
ketidakseriusan developer dalam membangun pemukiman yang aman bagi
warganya. Pada 27 Juni 2009, satu dari 13 menara Lotus Riverside di
Shanghai runtuh akibat tanah di sekitarnya longsor. Untungnya kompleks
apartemen belum berpenghuni. Bayangkan jika kompleks apartemen ini sudah
penuh dan terjadi tragedi naas seperti ini, pasti mengerikan. Untungnya
lagi, apartemen Blok 7 yang runtuh ini jatuh ke arah lapangan terbuka,
tidak ke arah gedung yang ada di belakangnya. Jika itu terjadi, ke-13
gedung tersebut akan runtuh bak efek domino. Peristiwa naas ini
merenggut 1 korban jiwa, yakni salah satu pekerjanya.
Selain
tragedi ini, tragedi runtuhnya apartemen dalam skala yang lebih
mengerikan pernah terjadi di Malaysia. Pada 11 Desember 1993 Apartemen
Highland Tower di Selangor runtuh dan menyebabkan kematian 48
penghuninya, dimana 12 di antaranya adalah ekspatriat. Kejadian serupa
juga pernah terjadi di kota Foggio, Italia, dimana Viale Giotto, sebuah
apartemen setinggi 6 lantai rubuh begitu saja. Dari 71 penghuninya,
hanya empat yang berhasil selamat.
7. Silver Brigde (Point Pleasant, Amrik)
Jembatan
Silver Bridge dibangun pada 1928 untuk menghubungkan dua kota dari
negara bagian yang berbeda, yakni Point Pleasant (West Virginia) dan
Gallipolis (Ohio) menyeberangi Sungai Ohio. Namun pada 15 Desember 1967,
jembatan ini rubuh di tengah kemacetan lalu lintas, menewaskan 46
orang. Penyebabnya ternyata hanyalah sebuah retakan mikroskopis sedalam
0,1 inchi yang kemudian menyebabkan seluruh struktur jembatan runtuh
begitu saja. Walaupun ada beberapa peristiwa runtuhnya jembatan yang
lebih menghebohkan (semisal Tacoma Bridge yang disebabkan resonansi
angin), namun peristiwa ini terkenal karena kaitannya dengan urban
legend tentang “Mothman”. Mothman dipercaya sebagai makhluk terbang
misterius yang kehadirannya diduga meramalkan peristiwa mengerikan
tersebut.
6. Hyatt Regency (Kansas City, Amrik)
Berada
di hotel mewah dan berkelas semacam Hyatt juga ternyata bukan jaminan
keamanan. Tragedi Hyatt Regency melibatkan jatuhnya jembatan gantung
yang berada di lobby hotel, di tengah sebuah pesta yang dihadiri 1.600
orang pada 17 Juli 1981. Kala peristiwa naas itu terjadi, beberapa tamu
menyaksikan pesta di bawahnya dari atas jembatan gantung yang menjulang
di lantai 2 dan 4. Pada saat itu, jembatan di lantai 2 dipadati 40
orang, sedangkan sekitar 20 orang berada di jembatan lantai 4. Jembatan
di lantai 4 terletak menggantung tepat di atas jembatan di lantai 2.
Sehingga otomatis, ketika runtuh, jembatan lantai 4 akan langsung
menimpa jembatan lantai 2, yang kemudian menimpa lebih banyak orang yang
berada di bawahnya. Secara mengejutkan, kejadian beruntun itu
menyebabkan jatuhnya korban jiwa hingga 144 orang dan melukai ratusan
lainnya. Sebagai gambaran, tiap jembatan terbuat dari beton yang
berbobot 29 ton!
Kejadian saat itu digambarkan
sangat kacau. Para paramedis yang datang dan melihat korban dengan luka
yang terlalu parah, langsung memberikan morfin untuk memperingan
penderitaan mereka, tanpa berusaha menyelamatkan mereka. Hal ini
disebabkan karena dalam kondisi terdesak tersebut, paramedis harus
berkonsentrasi pada mereka yang masih bisa diselamatkan. Tak jarang,
petugas penyelamat terpaksa memutilasi mayat yang terjepit dan
menghalangi mereka untuk menyelamatkan korban yang masih hidup.
Penyelamatan para korban juga terancam dengan bocornya sprinkler
pemadam kebakaran yang mengancam menenggelamkan para korban yang
terjebak di bawah puing-puing. Hal ini masih diperparah dengan debu dari
puing2 yang membatasi penglihatan para tim penyelamat serta
dipadamkannya listrik (untuk mencegah kebakaran), sehingga mereka harus
bekerja dalam kegelapan.
Penyebab peristiwa naas
ini justru ditemukan seorang insinyur yang disewa koran setempat,
Kansas City Star untuk menyelidiki insiden ini. Penemuan itu membuahkan
sebuah Piala Pulitzer atas jasa pemberitaan mereka. Kecelakaan ini
ternyata disebabkan karena keputusan kontraktor mengubah rancangan asli
sang arsitek untuk kedua jembatan tersebut. Dalam desain aslinya, tiap
jembatan akan menyokong bobot mereka sendiri. Namun sang kontraktor
justru menyambungkan kedua jembatan tersebut sehingga jembatan lantai 2
menggantung di jembatan lantai 4. Akibatnya, selain harus menyokong
bebannya sendiri, jembatan lantai 4 harus menopang berat jembatan lantai
2 pula. Inilah yang menyebabkan jembatan lantai 4 akhirnya putus dan
menyebabkan insiden tersebut.
5. Sampoong Department Store (Seoul, Korea Selatan)
Peristiwa
runtuhnya pusat perbelanjaan di Seoul ini tentulah cocok diangkat
menjadi sinetron, sebab diwarnai oleh berbagai intrik ketamakan bak
sebuah drama Korea. Berbagai cela sudah menghantui pembangunan
department store ini sejak awal pembangunannya. Bangunan ini dibangun
pada 1987 di atas landfill (tempat penimbunan sampah) yang tentu
memiliki struktur tanah yang tidak stabil. Awalnya bangunan ini
didirikan sebagai sebuah apartemen berlantai empat, namun pemilik
Sampoong Group yang tamak, Lee Joon, memutuskan untuk mengubahnya
menjadi department store. Salah satu keputusan yang ia ambil adalah
memangkas beberapa pilar untuk membuka tempat lapang untuk membangun
eskalator. Hal ini ditentang keras oleh pihak kontraktor, yang takut
perubahan tersebut akan mempengaruhi kestabilan gedung. Namun Lee
menanggapinya dengan memecat dan mengganti kontraktor tersebut.
Pusat
perbelanjaan tersebut akhirnya dibuka tahun 1990 dan selama 5 tahun
berhasil menarik jumlah pengunjung yang fantastis, yakni 40.000 ribu
orang per hari! Lee kemudian berminat untuk mengembangkan usahanya
dengan membangun lantai kelima untuk dijadikan foodcourt. Pihak
pengembang yang ditunjuk Lee menolak mentah2 rencana tersebut sebab
fondasi bangunan itu hanya dirancang untuk menahan berat 4 lantai dan
takkan kuat menopang satu lantai tambahan. Namun langkah bijak Lee lagi2
adalah dengan memecat mereka.
Pada April 1995,
sekitar 3 bulan sebelum runtuh, para pegawai menemukan retak2 di lantai
5. Namun respon Lee hanyalah memindahkan barang2 dagangannya dari lantai
tersebut ke lantai dasar untuk mencegah kerusakan barang2nya sendiri.
Pada pagi, 29 Juni 2005, hari dimana kejadian naas itu terjadi, retakan
mulai membesar hingga proporsi yang mengkhawatirkan. Namun pihak manajer
masih enggan menutup toko sebab tak ingin mengalami kerugian. Pada
pukul 5 sore, suara keras mulai terdengar dan bangunan runtuh. Pihak
keamanan segera mengevakuasi para pengunjung, namun semua telah
terlambat. Akibat kejadian itu, 1.500 orang terjebak dan 500 lebih jiwa
melayang. Salah satu peristiwa dramatis yang terekam dalam kejadian naas
ini adalah penyelamatan seorang gadis dari puing2 setelah terkubur
hidup2 selama 17 hari.
Semula pemerintah Korsel
menduga peristiwa menghebohkan ini merupakan ulah terorisme dari rival
mereka, Korea Utara. Namun setelah terbukti tragedi ini disebabkan
kelalaian para pengelolanya, semua pihak yang bertanggung jawab pun
dijatuhi hukuman yang setimpal. Sampoong Group dibubarkan dan Lee
dijatuhi hukuman penjara 10 tahun atas tuduhan “manslaughter” dan
korupsi, serta seluruh kekayaan keluarganya dilucuti. Namun sebelum
menyelesaikan masa tahanannya, Lee keburu meninggal dalam tahanan karena
berbagai penyakit komplikasi. Namun tetap saja kematiannya takkan bisa
mengganti nyawa 502 orang yang terbunuh secara tragis dalam peristiwa
yang disebut2 “tragedi terbesar pada masa damai” semenjak Perang Korea.
4. San Francis Dam (Los Angeles, Amrik)
Jebolnya
Bendungan San Francis jebol pada tahun 1928 benar2 murni disebabkan
oleh kesalahan rancangan bendungan yang tak menyesuaikan diri dengan
alam di sekitarnya. William Mulholland, arsiteknya, terlalu pede karena
bendungan buatannya, Mulholland Dam di Hollywood, Los Angeles, sangat
sukses. Maka dia merancang bendungan San Francis ini dengan bentuk dan
dimensi yang sama persis dengan bendungan sebelumnya, tanpa
memperhatikan kondisi alam dimana bendungan baru ini berdiri.
Pagi
pada hari yang sama sebelum kejadian, sang penjaga bendungan, Tony
Harnischfeger sempat melaporkan ada kebocoran, namun tak ditanggapi
serius oleh Mulholland. Secara tragis, sang penjaga bendungan bersama
keluarganya yang tak berdosa menjadi korban pertama runtuhnya bendungan,
diikuti 600 penduduk kota Santa Paula yang berada di dekatnya. Saking
kuatnya arus, mayat korban bahkan hingga terbawa sampai perbatasan
Mexico dan Samudra Pasifik. Peristiwa ini langsung menghancurkan karir
sang arsitek. Saking menyesal dan sakit hatinya akibat kejadian ini,
Mulholland yang diadili akibat tragedi ini sampai mengatakan “Saya iri
terhadap mereka yang mati.”.
3. Rana Plaza (Dhaka, Bangladesh)
Peristiwa
rubuhnya bangunan Rana Plaza (disebut juga sebagai Tragedi Savar karena
ini terjadi di Distrik Savar) ini memang luar biasa tragis. Walaupun
disebut sebagai Rana Plaza, namun gedung yang dimaksud sebenarnya adalah
pabrik tekstil. Sang arsiteknya, Masood Reza, merancangnya sebagai
pusat pertokoan (plaza), bukan sebuah pabrik yang dipenuhi ribuan
pekerja dan ratusan ton alat berat. Untuk memperparah keadaan, sang
pemilik bangunan, pengusaha bernama Sohel Rana menggunakan kekuasaannya
sebagai anggota partai politik yang berkuasa saat itu untuk menambahkan 4
lantai lagi secara ilegal tanpa sepengetahuan sang arsitek!
Pada
23 April 2013, sehari sebelum peristiwa tragis itu terjadi, retak2
ditemukan pada bangunan tersebut sehingga memicu evakuasi besar2an.
Namun Sohel Rana kemudian memaksa para buruh kembali bekerja dengan
mengancam tak menggaji mereka apabila mereka menolak bekerja kembali.
Dengan
terpaksa, sekitar 3 ribuan pekerja tersebut kembali bekerja keesokan
harinya. Namun pada pukul 8.57 pagi, empat lantai teratas bangunan
tersebut serta merta runtuh, menewaskan 1.129 orang. Tragisnya, sebagian
besar korban merupakan para wanita dan juga anak2 mereka yang
dititipkan di gedung sama sembari mereka bekerja. Seperti penderitaan
para korban belumlah cukup, pemerintah Bangladesh kala itu secara resmi
menolak bantuan dari PBB dan dunia internasional demi menjaga “harga
diri” bangsa mereka.
Demo besar2an terjadi di
seluruh negeri setelah salah satu tragedi arsitektur terbesar sepanjang
sejarah itu terjadi, sebagian besar berasal dari para buruh yang
menuntut perlindungan akan keselamatan mereka saat bekerja. Dari 29 brand
internasional yang menggunakan jasa para buruh Rana Plaza untuk
memproduksi produk2 berkualitas mereka, hanya 7 yang bersedia
bertanggung jawab dan mengumpulkan dana kompensasi demi memperingan
penderitaan para korban dan keluarga mereka. Sementara sebagian besar
brand2 besar lainnya seperti Carrefour dan group raksasa asal Amerika,
Walmart menolak untuk bersimpati sedikit saja kepada para korban.
Padahal upah buruh yang rendah di negara berkembang di Bangladesh tentu
saja telah memberikan keuntungan yang luar biasa besar bagi perusahaan
mereka.
Bagaimana dengan nasib Sohel Rana
sendiri? Ia ditangkap polisi setelah sempat buron, namun kemudian
pengadilan meluluskan permintaan pembebasan bersyaratnya. Hingga kini,
total uang kompensasi bagi para keluarga 1.000-an korban jiwa ini hanya
sekitar 30 juta dollar (yang bahkan belum dibayarkan sepenuhnya).
Bandingkan dengan kompensasi yang didapat 100-an korban jiwa tragedi
Hyatt Regency yang mencapai 140 juta dollar. Pemerintah Bangladesh
sendiri sama sekali tak membangun monumen apapun untuk mengenang para
korban meninggal, sehingga para keluarga korban berinisiatif membangun
monumen mereka sendiri untuk memperingati penderitaan para buruh di
negeri itu: sebuah patung yang menghunus palu dan sabit di tangannya.
Mengkhawatirkan.
2. South Fork Dam (Pensylvania, Amrik)
Bencana
serupa yang hampir sama dengan jebolnya Bendungan San Francis, namun
dalam skala yang lebih jauh lebih besar, pernah terjadi di Pensylvania.
Robohnya bendungan South Fork merupakan bencana arsitektur dengan korban
jiwa terbesar di dunia dalam sepanjang sejarah modern. Bendungan ini
aslinya dibangun pada 1838-1853 untuk membendung Danau Conemaugh demi
kepentingan irigasi kota di dekatnya, yakni Johnstown. Beberapa kali
bendungan ini mengalami kebocoran, namun hanya ditangani dengan
seadanya. Kondisi bendungan yang sudah lapuk diperparah dengan keputusan
menaikkan tinggi air dalam bendungan agar tempat tersebut dapat
dijadikan tempat pemancingan. Segera, cottage dan clubhouse menjamur di
sekitar bendungan itu untuk menarik wisatawan2 kaya.
Pada
31 Mei 1889, bendungan ini akhirnya jebol setelah hujan berkepanjangan
dan menumpahkan 20 juta ton liter air, menewaskan 2.209 penduduk yang
tinggal di sekitarnya. Penyebab bencana tragis ini ternyata sangatlah
miris. Seseorang ternyata melepas dan menjual 3 pipa besi yang digunakan
untuk mengatur pengeluaran air dari bendungan tersebut sebagai besi
kiloan. Akibat perbuatan sepele tak bertanggung jawab itu, ribuan orang
tak berdosa kehilangan nyawa mereka.
1. Fidenae Amphiteathre (Fidenae, Italia)
Peristiwa
runtuhnya stadion ini sejauh ini merupakan tragedi arsitektur terburuk
sepanjang sejarah umat manusia. Dan mengejutkannya, tragedi ini terjadi
pada masa kekaisaran Romawi Kuno pada tahun 27 M. Seperti tragedi2
lainnya, bencana ini disebabkan oleh ulah seorang enterpreneur tamak
yang membangun amphiteathre murahan dari kayu untuk menampung 50 ribu
penonton yang memadatinya demi menyaksikan pertandingan gladiator. Namun
stadion itu rubuh dan menewaskan sebanyak 20 ribu orang, suatu angka
yang mencengangkan dan sukar dipercaya, bahkan di zaman modern seperti
ini.
Nah, itulah 10 bencana arsitektur terbesar
dalam sejarah manusia. Ternyata menjadi arsitek nggak semudah yang kita
duga ya? Walaupun sudah merancang sebaik mungkin, belum tentu
rancangannya akan dilaksanakan sebaik mungkin oleh para developer maupun
kontaktor. Dan yang pengen gue soroti juga, ilmu teknik dari para
insinyur yang mewujudkan rancangan impian para arsitek ini ternyata
lebih penting dan patut kita hargai.