Dia terlalu kecil untuk melakukan
pekerjaan berat di bengkel pamannya, tapi hal itu tidak membuatnya
berhenti, seorang anak berusia 10 tahun Wang Junjie terpaksa harus
menjadi tukang tambal ban truk setelah keluar dari sekolah. Wang Junjie
tinggal di Propinsi Guizhou dan melakukan ini karena kondisi
keluarganya yang tidak mampu untuk menyekolahkannya.
Melihat
usianya belumlah pantas jika bocah usia 10 tahun yang masih mungil ini
harus membongkar ban sebuah truk untuk ditambal, selain faktor usia
faktor kemanusiaanpun rasanya sangatlah kurang pantas, karena seperti
halnya bocah seusianya masih harus menuntut pendidikan di sekolah untuk
masa depan mereka.
Mungkin
nasib Wang Junjie nama bocah itu tidak semujur teman-temannya yang
lain, Wang adalah putus sekolah yang diakbibatkan faktor ekonomi dan
alasan sekolahnya yang mengeluarkannya karena dinilai hasil akademis
pelajaran yang jelek. Dikutip dari dailymail.co.uk menceritakan, bocak
cilik yang tinggal di Propinsi Guizhou Cina ini akhirnya bekerja
menjadi tukang tambal ban mobil dan truk di bengkel pamannya.
Beberapa
waktu silam setelah Wang berhasil mengumpulkan sejumlah uang maka
dirinya mencoba kembali untuk mendaftar sekolah, akan tetapi oleh pihal
sekolah ditilak mengingat nilai akademis sebelumnya yang sangat jelek.
Lha mau pinter ditolak sekolah kapan pinternya guman Wang mungkin
demikian. Oh nak kasihan dikau.
Kala
bersekolahpun Wang ditempatkan oleh gurunya di barisan belakan
sehingga susah melihat papan tulis, mengingat tubuhnya lebih pendek
dibanding teman teman sekelasnya. Wang kini tetap meminpikan ingain
sekolah dan bisa belajar kembali seperti rekan rekan seusianya. Sebuah
cita-cita mulia.
Pulang
ke negeri kita, agaknya potret Wang di Cina
inipun sangat banyak kita jumpai di tanah air kita, karena faktor
ekonomi mereka musti membanting tulang untuk menyambung hidup sehingga
meninggalkan sekolah, tidak jarang pula mereka bahkan menjadi tulang
punggung keluarga. Lihat di jalan raya, di perempatan lampu trafik
light. Di dalam bus dan lain sebagainya.
Mari
kita berbagi untuk masa depan mereka, karena mereka merupakan masa
depan bangsa ini, tapi bagaimana berbagi yang bijak? apakah dengan
memberi mereka uang sehingga mereka merasa meminta-minta lebih
menghasilkan dari bekerja dan melemahkan mental sehingga mereka malas
berusaha. tapi usia mereka kan memang belum pantas untuk bekerja?
Sudah
saatnya kita semua peduli dengan masa depan mereka bukan hanya dengan
mempolitisasi dan memanfaatkan mereka untuk kepentingan-kepentingan
kita. tapi sungguh sungguh tulus mencarikan jalan bagai masa depan
mereka.